Senin, 21 Maret 2011

Menciptakan lingkungan belajar menyenangkan

Suasana belajar adalah faktor penentu keberhasilan mencapai sasaran belajar. Prinsip belajar orang dewasa dan anak-anak pada hakekatnya sama yaitu melalui penjelajahan (eksplorasi) dan suasana hati gembira (fun). Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan atau dalam istilah Gordon Dryden disebut orkestrasi lingkungan belajar. Lalu apa yang perlu disiapkan?

Pertama desainlah ruang kelas yang dengan hal-hal yang membuat suasana hati ceria. Misalnya menambah gambar-gambar di dinding kelas sesuai tema pelajaran, bunga, ruangan yang bersih, aneka hiasan warna-warni dan tata letak meja dan kursi dan pencahayaan ruangan yang memadahi. Mengapa ini penting? Sebab penyerapan informasi dari proses belajar banyak berlangsung dalam pikiran bawah sadar. Siswa menyerap materi pelajaran tanpa memikirkannya secara sadar. Oleh karenanya pikiran bawah sadar harus dirangsang sedemikian rupa agar responsif.  Kedua, Bila perlu ciptakan suasana kelas yang mirip pesta, ada balon, lampion, dan hiasan-hiasan dinding.   Ketiga. siapkan musik pengiring ketika presentasi atau ketika siswa mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya telah direncanakan. Akan lebih baik jika memakai musik klasik yang direkomendasikan oleh Dr Lazanov. (Mozart, vivaldi, Bethoven). Keempat, seluruh atmosfer kelas harus benar-benar bersahabat, tidak ada tekanan, apalagi ancaman.

Stocwell (seorang pelatih pendidikan terkemuka di Eropa) menjelaskan bahwa poster berwarna di dinding yang didesain dengan baik sangatlah penting karena merangsang periferal otak. Kehadirannya yang konstan di ruang kelas menyampaikan isinya di memori otak walaupun tidak disadari oleh anak. Stocwell juga menjelaskan tentang psikologi warna. Merah adalah warna peringatan, biru melambangkan kesejukan, kuning warna kecerdasan, hijau dan coklat mempunyai efek menentramkan, hangat dan ramah. Poster yang baik dapat membuat kesan di memori jangka panjang, menciptakan gambaran memori yang dapat dipanggil kembali jika dibutuhkan, walaupun tidak pernah dipelajari secara sadar.

Pernahkah anda memasuki sebuah pelatihan atau ruang belajar yang kotor, pengap, miskin warna, dan terdiri dari bangku-bangku tua? Tentu membuat hati tidak nyaman dan membuat malas untuk belajar.

Referensi: The Learning revolution

Kamis, 17 Maret 2011

Penyebab Anak Bandel

Kita semua paham bahwa mendidik anak membutuhkan kesabaran, proses yang panjang serta keteladanan. Nah... yang terakhir tentu saja yang paling sulit. Tidak sedikit orang tua yang bawel terhadap anaknya agar rajin mengaji, padahal dia sendiri jarang membaca Alqur’an. Akibatnya nasehat dan ajakan orang tua akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Kali ini kita akan membahas beberapa kebiasaan orang tua yang berdampak buruk bagi anak. Anak menjadi sulit di atur, sulit dikendalikan, bandel dan tidak jarang suka mela
wan orang tuanya. Apa sajakah kebiasaan itu? Kali ini saya akan membahas 5 sikap orang tua lebih dulu.

  • Orang tua tidak kompak. Adakalanya anak kita sedang asyik nonton televisi hingga ia lupa belajar. Ibunya lantas mengingatkan agar putranya berhenti nonton TV dan bergegas belajar. Si anak tetap saja nonton dan tidak mendengarkan perintah ibunya, lalu si ibu memperingatkan dengan nada keras. Anak jadinya nangis... dan si ayah lantas membela anak ya biar to buuu nonton TV kalau belajar terus ntar lama-lama stres dia... Dalam kasus ini anak punya persepsi bahwa ayah ada dipihaknya, sehingga menganggap ibunya bawel, cerewet dan jahat. Perlahan-lahan anak akan selalu melawan terhadap ibunya karena ada yang melindungi. Demikian pula sebaliknya. Apa yang seharusnya dilakukan orang tua? Orang tua harus sepakat mengenai pola pendidikan anaknya. Mereka harus kompak dalam mendidik putra-putrinya. Di depan anak jangan tunjukkan perbedaan pendapat untuk persoalan anak. Jika ada perbedaan pendapat bicarakan pada waktu yang tepat dan jangan sampai ketahuan anak kita.
  • Campur tangan orang lain. Saat orang tua sudah kompak dalam mendidik putra-putrinya, seringkali muncul kehadiran pihak lain misalnya kakek, nenek dan tante. Jika pihak ketiga ini memberikan perlindungan saat kita memberi peringatan kepada anak, maka anak kita dapat saja berlindung kepada mereka dan menganggap orang tuanya jahat. Bagaimana seharusnya? Pastikan orang lain yang hadir dalam keluarga kita memiliki kesamaan visi dalam mendidik anak. Jangan tunjukkan perbedaan pendapat di depan anak. Berikan pengertian kepada mereka mengenai pola pendidikan yang kita inginkan.
  • Menakut-nakuti anak. Kebiasaan ini sering dilakukan orang tua saat anak kita menangis dengan tujuan agar si anak menghentikan tangisannya. Perhatikan kaimat berikut” awas kalau gak berhenti nangisnya nanti ayah bawa ke rumah bu bidan biar di suntik” Kebiasaan ini menyebabkan akan tertanam kebencian pada pihak yang tidak bersalah. Anak menjadi benci dengan bidan dan menganggapnya musuh. Apa yang seharusnya dilakukan? Berkatalah jujur, berikan pengertian kepada anak, yakinlah bahwa anak juga mampu berfikir layaknya orang dewasa.
  • Orang tua sering melanggar janji. Orang tua sering memberikan pujian, penghargaan atau hadiah kepada anak ketika anak mau melakukan sesuatu yang diinginkan orang tua, atau memberikan hukuman jika perilaku anak menyimpang dari aturan. Salah satu penghargaan yang diberikan orang tuanya misalnya” kalau adik tidak ngompol lagi, nanti mama ajak jalan-jalan ke mall. Nah... setelah anak berusaha tidak ngompol, ternyata orang tua lupa dengan janjinya,... waspadalah. Anak kita bisa menganggap orang tua adalah pembohong, sehingga apapun ucapan kita mereka tidak akan mempercayainya. Tepati janji jika mereka telah melalakukan apa yang kita inginkan. Demikian pula sebaliknya terapkan hukuman sesuai yang pernah diucapkan jika memang mereka melanggar aturan. Sekali lagi jadilah orang tua yang konsisten. 
  • Orang tua tak kuasa menghadapi rengekan anak. Ketika di tempat umum Sering kali anak kita meminta permen atau makanan. Kita lalu mengingatkan kalau makan permen nanti giginya sakit, gak boleh makan permen ya... anak lalu merengek. Kita sudah bertahan untuk tetap tidak membelikannya. Dengan akal liciknya si anak makin keras tangisannya dan tidak jarang bertingkah yang membuat kita malu di depan banyak orang. Akhirnya kita menyerah... dan menuruti apa maunya anak. Ini berarti perilaku buruk anak kita beri penghargaan dengan menuruti keinginannya. Dampaknya anak akan selalu berperilaku buruk agar orang tuanya malu sehingga semua keinginannya dapat dituruti. Apa yang seharusnya dilakukan? Tetaplah konsisten untuk tidak memberinya permen atau makanan yang berdampak buruk baginya. Biarkan dia menangis. Kita tidak perlu malu di hadapan orang banyak. Ingatlah bahwa kita sedang mendidik anak. Konsistensi wajib hukumnya.

Selasa, 08 Maret 2011

Mendidik Anak di Usia dini (Tips 4)

Mendidik anak di usia dini adalah aktivitas panjang yang memerlukan kesabaran orang tua. Kali ini kita akan membahas satu kebiasan kita dalam mendidik anak kita di usia dini, yaitu kebiasaan berbicara tanpa arti dan sasaran yang jelas. Perhatikan kalimat yang sering diucapkan orang tua berikut:  "Mama tidak suka kalau kamu sedikit-sedikit nangis, mama tidak suka kalau kamu suka merebut mainan teman. Kata-kata tersebut sama sekali tidak bisa dimengerti anak, tidak jelas apa maksudnya, tidak dijelaskan secara rinci dampak dari tindakan anak, apa yang seharusnya dilakukan anak, dan apa yang sesungguhnya kita inginkan.

Jika kita sering melakukan tindakan ini, maka pikiran anak hanya akan menyerap hal-hal yang tidak disukai orang tuanya. Mereka juga tidak pernah tahu apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang tuanya dalam bersikap dan berperilaku. Dampaknya anak akan selalu mencoba sesuatu yang baru. Setiap kali mencoba, ternyata selalu dinyatakan salah. Ini dapat mengakibatkan anak justru nekat melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya. Tujuannya untuk membuat orang tuanya kesal dan marah, sama seperti kekesalan yang dialaminya setiap disalahkan, atau dimarahi orang tuanya.  Hemmmm bukankah anak kecil itu Cerdas??? bahkan mungkin licik???

Apa tindakan orang tua dalam kasus ini? Komunikasikan secara intensif dengan bahasa yang lembut dan penuh kasih sayang mengenai hal-hal yang tidak kita sukai, apa dampaknya, apa yang seharusnya dilakukannya. Jelaskan secara detail perilaku, sikap dan tindakan yang kita inginkan. Dalam hal ini sekali lagi kita sebagai orang tua harus sabar, sabar, dan yang terpenting terbuka dengan anak kita. Pada saatnya nanti jika anak kita sudah bisa melakukan sesuatu yang kita inginkan ucapkan terimakasih, beri dia penghargaan walupun sekedar pujian.  Okehhh mudah-mudahan berhasil..

Mendidik Anak Usia dini (tips 3)

Mendidik anak di usia dini. Kalimat ini sungguh mudah diucapkan tetapi begitu berat dilaksanakan kita sebagai orang tua atau calon orang tua. Dibutuhkan modal pengetahuan, pemahaman karakter anak, strategi pendidikan anak dan yang terpenting konsistensi serta tauladan orang tua. Pada edisi kali ini kita akan membahas tips-tips pendidikan anak di usia dini agar anak kita tumbuh sesuai harapan orang tua. di bagian terdahulu kita sudah membahas mengenai dampak berbohong pada anak kita dan  mengapa anak kita menjadi egois. Kali ini kita akan membahas kebiasaan orang tua yang menyebabkan anak kita susah diatur.

Anak kecil memiliki kecerdasan luar biasa dalam mempelajari pola pendidikan orang tuanya. Dia tidak hanya bisa mengetahui cara mendidik orang tuanya, tetapi bahkan bisa mengendalikan pola pendidikan orang tuanya. Singkatnya justru orang tua yang dikendalikan anak. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya kita sering menebar ancaman dengan kata-kata namun kita tidak pernah melaksanakan ancaman tersebut. Artinya orang tua   tidak konseisten dengan ancamananya. Perhatikan kata-kata yang sering diucapkan orang tua berikut:

"Adiiiik, jangan ganggu adikmu... nanti mama marah. Adiik... jangan mainan tanah... nanti mama hukum kamu.. Dalam pandangan anak kecil, larangan atau perintah yang dilakukan dengna cara menghardik berteriak, atau dengan nada keras tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan sudah dianggap sebagai ancaman. Apalagi ditambah dengan kalimat " nanti mama hukum, nanti mama marah, nanti ayahmu marah dan seterusnya. Lebih parah lagi jika ancaman tersebut tidak pernah kita realisasikan, atau tidak pernah kita wujudkan. Ini akan menyebabkan anak tidak akan pernah patuh pada peringatan atau larangan orang tua. Setiap larangan atau ancaman dianggapnya suatu hal biasa. Berbahaya Bukan? 

Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Setiap kali anak melakukan hal menyimpang, jangan sekali-kali berterik menghardik, melarang atau mengancam apalagi dengan nada keras. Hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya, tatap dalam-dalam matanya dengan lemah lembut, perlihatkan ekspresi bahwa kita sayang dan perhatian kepadanya, tunjukkan ekspresi wajah bahwa kita tidak senang dengan tindakannya, lalu.... ucapkan dengna kata yang lembut..."Mama sayang ama adik, tapi mama mohon adik jangan naik ke atas meja. Kalau sampai jatuh, kakimu, lecet, dan berdarah... waduh....siapa yang merasakan sakit, kan adik sendiri?  atau ucapkan kata-kata yang mengandung akibat. Sayang mama mohon tolong pinjamkan mainanmu sama adikmu, kan kasihan tuh...adik jadi nangis... adik kan cuma mau pinjem... nanti kalau nggak mau minjemin mainanmu itu akan mama simpan dan kamu tidak boleh memegangnya lagi... Lalu bagaimana jika anak kita justru memiliki sikap posesif dan mempertahankan mainannya serta tetap tidak mau meminjamkan kepada adiknya? Jadilah orang tua yang konsisten. ambil mainannya dan simpan. Jika anak kita  tambah nangis? anak kita biar belajar menghadapi konsekuensi dari setip tindakan dan sikap yang menyimpang.

Rabu, 02 Maret 2011

Dampak berbohong pada anak

Awalnya anak-anak kita selalu mendengarkan perkataan orang tuanya. Mengapa? karena percaya penuh pada kedua orang tuanya. Namun ketika beranjak dewasa, ia mulai sering melawan, bandel, tidak mau menuruti nasehat dan perkataan kita, meraka tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tuanya. Waduh kenapa Ya?

Tanpa sadar sebagai orang tua, kita sering membohongi anak kita untuk menghindari keinginan atau agar kita berangkat kerja tidak ditangisi. Contoh kasus, pagi-pagi kita mau berangkat ke kantor, anak kita merengek minta ikut atau minta jalan-jalan. Apa yang kita lakukan? apakah kita menjelaskan kepada anak secara jujur? atau mengalihkan perhatiannya ke tempat lain agar kita bisa buru-buru bernagkat kerja? atau justru kita membohonginya. "mama sebentar saja ya sayang....cuma mau ke warung depan itu lho.... tetapi kita pulang sampai sore bahkan sampe malam. Kasus lainnya: anak kita susah makan, lalu kita memberikan janji-janji. nanti kalau makannya abis mama belikan sepatu. Padahal antara makan dengan sepatu jelas tidak asa hubungannnya sama sekali.

Berbohong yang sifatnya kecil ini berdampak luas. Kita telah mendidik anak kita menjadi anak pemberontak, susah diatur, dan tidak pecaya dengan perkataan orang tuanya. semua ucapan orang tua di anggapnya bohong. Bahaya kan??? Lalu apa yang perlu kita lakukan? Kita harus jujur kepada anak. Ungkapkan dengna penuh kasih sayang bahwa "mama akan berangkat ke kantor, papa mau berangkat kerja. Bila perlu jelaskan mengapa harus bekerja, apa tujuan bekerja. Awalnya memang sulit, namun sebagai orang tua kita harus menjelaskannya kepada mereka. Memberi pengertian kepada mereka akan lebih baik ketika suasana hati anak kita sedang senang, misalnya saat berkumpul menjelang tidur. Memang dibutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan tidak jarang mereka justru menangis. Ini wajar sebab mereka belum memahaminya. kita harus terus berjuang untuk membuka pikiran mereka.

" Salah satu keberhasilan kecil orang tua adalah ketika bernagkat kerja tidak ditangisi anaknya"

Anak kita egois?

Pada edisi kali ini saya akan membahas permasalahan yang sering dijumpai orang tua terutama dalam mendidik putra-putri tercinta. Salah satu problem orang tua adalah mendapati sikap anaknya egois, selalu menyalahkan orang lain, tidak mau disalahkan, dan menganggap dirinya selalu benar... weleh..weleh... fatal bukan? Repotnya jika sifat egois ini akan berkembang sampai dewasa, ini menunjukkan gejala keterampilan sosial yang rendah. dampaknya sangat berbahaya. Mau tau sebabnya ? Mari kita bahas:

Kesalahan dalam proses pendidikan sejak dini dapat berakibat fatal. Kesalahan orang tua dapat bersumber dari kebiasaan sehari-hari yang dilakukan tanpa sengaja, tapi menjadi pupuk yang subur untuk menumbuhkan egoisme anak. Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar berjalan, mereka sering menabrak meja, kursi ataubenda-benda lain yang membuatnya terjatuh, dan .....buah hati kitapun menangis dengan keras. Sebagai orang tua kita tentu ingin menghibur atau mengusahakan menghentikan tangisan anak kita, dengan menanyakan siapa yang nakal? oooo dasar meja. kamu nakal ya.... lalu kita pun memukul meja di hadapan anak kita sambil berkata.. lihat ni mejanya mama pukul.. sudah diam yaaa.. cup...cup....

Ketika kita memukul meja, secara tidak langsung telah mengajarkan sifat egois terhadap anak kita. Mereka sebagai manusia tidak pernah salah... yang bersalah adalah meja, kursi, benda, atau orang lain yang membuatnya jatuh. Akibatnya setiap mengalami masalah, kekeliruan, maka yang keliru adalah orang lain, dirinya adalah yang paling benar, sehingga yang perlu diberi sangsi, hukuman atau peringatan adalah orang lain yang belum tentu membuat kekeliruan.Sebagai orang tua kita baru sadar ketika anak kita mulai menantang, melawan orang tua. Perilaku melawan ini terbangun sedikit demi sedikit tanpa sadar orang tuanya sendiri yang mengajari.

Apa yang sebaiknya kita lakukan jika anak kita menangis karena jatuh atau menabrak sesuatu? Tentu kita harus ingatkan dia agar lebih berhati-hati. Ajarilah anak kita untuk bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukannya. Bertanggung jawab terhadap apa yang menimpa mereka karena tingkah polahnya sendiri. Kita perlu memeluk mereka ucapkan: waduh.... sakit ya....besok kalau berjalan hati-hati ya....pelan-pelan saja pasti kursinya nggak ketabrak.Intinya kita harus menanamkan pada jiwa meeka untuk belajar dari kesalahan.