Rabu, 26 Januari 2011

TEKNIK PENYUSUNAN PTK

Di edisi kali ini kita akan coba membahas trik dan tips mudah menyusun bab 1 sampai bab 3.  Tiga bab awal ini dapat dikatakan sebagai pondasi utama bangunan PTK dan menjadi penentu keberhasilan tindakan yang akan dilakukan.  Pada posting sebelumnya saya telah coba uraikan kegiatan sebelum teman-teman menyusun PTK, yaitu mengidentifikasi, menemukan dan memilih masalah yang akan diteliti dengan prinsip bahwa masalah yang dipilih memang mendesak untuk dipecahkan.  Satu hal yang perlu saya ingatkan yaitu sebelum menyusun proposal pastikan dulu teman-teman sudah menemukan alternatif pemecahan masalah yang akan diteliti. Maksudnya gimana sich?? Saya contohkan saja ya… Misalnya masalah yang akan diteliti Bagaimana menarik perhatian siswa dia awal pelajaran pada pelajaran IPS? Sebelum proposal disusun, temukan dulu alternatif pemecahannya. Misalnya melalui penggunaan Media Visual. Naah jika sudah ditemukan dapat dipastikan bahwa perhatian siswa disebut variable primer dan media visual disebut variable skunder. Mengapa disebut skunder? Karena masih banyak cara lain untuk menarik perhatikan siswa. Penggunaan media visual hanya salah satu diantaranya.

Okelah kalau gitoe…. Kita lanjut… Bagian awal PTK adalah Bab 1 (Pendahuluan), kemudian bab 2 (tinjauan pustaka) dan bab 3 (metode penelitian). Sistematika penulisan (outline) PTK berbeda-beda namun pada prinsipnya sama. Lalu dimana kesamaanya?? Bab 1 umumnya berisi latar belakang masalah, perumusan masalah dan gambaran singkat metode pemecahan masalahnya. Bab 2 berisi tinjauan pustaka dari variable primer dan varibel skunder penelitian. Bab 3 umumnya berisi penjelasan waktu, tempat, subyek (siswa) yang diteliti, kelas yang diteliti, cara pengumpulan data, instrument pengumpulan data, cara analisis data, cara observasi dan indicator keberhasilan penelitian. Untuk lebih jelasnya saya contohkan sistematika proposal PTK untuk masalah yang tadi kita pilih, namun sifatnya tidak baku.
Bab 1 Pendahuluan
  1. Latar Belakang Masalah
  2. Identifikasi Masalah  (optional)
  3. Rumusan Masalah
  4. Pemecahan Masalah
Bab 2 Tinjauan Pustaka
  1. Menarik minat dan Perhatian Siswa
  2. Media Pembelajaran visual
Bab 3 Metode Penelitian
  1. Setting penelitian (waktu,tempat, subyek yang diteliti,observator penelitian)
  2. Prosedur penelitian
  3. Pengumpulan Data
  4. Analisis Data
  5. Indikator keberhasilan penelitian
Naaah sistematika itulah yang akan kita bahas tentunya…. Namun kali ini bab I dulu yaaa, soalnya mulai pegel tanganku nich…. Kita mulai bab 1. 

Bab 1 Pendahuluan 
  •  Latar Belakang Masalah 
Menulis latar belakang masalah biasanya menjadi kendala berat bagi orang yang baru pertama kali akan menyusun karya tulis.  Kendala terbesar adalah sulitnya menuangkan ide,gagasan dan pemikiran yang ada dikepala dalam bentuk tulisan yang runtut, mudah dipahami, tidak bertele-tele.  Dalam beberapa workshop PTK yang saya ikuti kebanyakan teman-teman bingung mengenai apa yang harus ditulis dalam latar belakang masalah.  Nah saya akan coba berikan trik dan tipsnya. Tips ini hanya satu alternative lho…
Pertama, uraikan dulu kondisi ideal dari suatu kegiatan belajar. Teman-teman bisa merujuk standar nasional pendidikan (SNP), UU sikdiknas atau permendiknas, atau bisa juga pendapat-pendapat para ahli.
Kedua, uraikan kondisi riil yang terjadi di kelas anda secara keseluruhan. Dengan menguraikan semua masalah yang dihadapi dikelas maka sama saja kita sudah melakukan identifikasi masalah.  Bagian yang kedua ini adalah inti dari latar belakang masalah. Uraian latar belakang masalah bisa mulai dari yang bersifat umum kemudian mengeruncut ke hal-hal yang bersifat khusus. Metode ini disebut metode penulisan induktif. Sebaliknya uraian juga dapat dimulai dari yang bersifat khusus kemudian mengerucut ke hal yang bersifat umum. Metode ini disebut uraian deduktif. Hal yang perlu kita pahami adalah jangan mengkacaukan latar belakang masalah dengan permasalahan. Mari kita lihat contoh berikut:
Permasalahan: Banyak siswa yang pasif ketika melakukan kegiatan kerja kelompok. Gejala ini harus dijelaskan secara rinci  bukti-buktinya, berapa jumlah siswa yang tidak aktif dalam kerja kelompok, berapa jumlah siswa yang aktif, apa alasan siswa tidak aktif .  Setelah itu uraikan latar belakang banyaknya siswa yang pasif dalam kerja kelompok misalnya tidak ada pembagian kerja, sesama anggota kelompok tidak kompak, tidak mengerti tugas yang harus dikerjakan, sesama anggota kelompok sedang mengalami konflik, dan seterusnya.
  • Identifikasi Masalah  (optional) 
Dalam mengidentifikasi masalah sebaiknya anda tuliskan semua masalah pembelajaran yang anda alami dalam bentuk rincian. Misalnya
·  Siswa tidak ada yang berani menjawab pertanyaan guru
·  Siswa tidak berani bertanya
·  70% siswa membuat catatan pada buku yang berganti-ganti
·  Dalam belajar kelompok siswa banyak yang mengandalkan temannya
·  Siswa tidak berpartisipasi dalam kerja kelompok, dan seterusnya.
  • Rumusan Masalah
Pilihlah satu masalah dari sekian banyak masalah yang teridentifikasi  dengan catatan: mendesak untuk dipecahkan, nilai strategisnya sangat penting , dan sudah ditemukan alternatif pemecahannya.  Perumusan masalah meliputi dua variabel yaitu variabel primer (variabel terikat) dan variabel skunder (variabel bebas). Contoh perumusan masalah: Apakah  partisipasi kerja kelompok dapat meningkat melalui penerapan metode pembelajaran kelompok dengan teknik investigasi group? Bagaimanakah perhatian siswa melalui penggunaan media visual dalam pembelajaran IPS?  Rumuskan masalah secara singkat, jelas dan padat.
  • Pemecahan Masalah
Dalam  subbab ini kita menguraikan masalah yang dipilih dan tindakan pemecahannya  misalnya bagaimana cara penggunaan media visual dikelas untuk menarik minat dan perhatian siswa. 
Oke, teman-teman silahkan terapkan dulu tips diatas, jika butuh dokumen Standar Nasional Pendidikan, UU Sikdiknas, dan Permendiknas yang berhubungan dengan kurukulum silahkan download   disini





Jumat, 21 Januari 2011

SOAL TRY OUT UN 2011 SD,SMP,SMA

Soal Try Out Ujian Nasional 2011 SD,SMP,SMA teman-teman bisa download disini.

Setelah kemendiknas menerbitkan POS UN tahun 2011 ayo semua siap-siap singsingkan lengan baju untuk bertempur di Ujian Nasional tahun 2011 yang rencananya akan diselenggarakan di bulan April 2011. Untuk lulus ujian bisa teman-teman baca di permendiknas no 45 tentang kelulusan ujian. Bagi yang ikut ujian tentu pingin lulus dengan nilai baik khan...? saya akan berikan kunci lulus dengan nilai baik yang pertama, pelajari dulu kisi-kisi soal atau panduan penyusunan soal UN yang telah diterbitkan kemendiknas.

Kedua mempelajari ahan-bahan untuk ujian jangan model SKS ya... maksudnya Sistem Kebut Semalem, tapi secara rutin dan berangsur. Ketiga pelajari juga soal-soal tahun kemarin karena paling tidak bisa kita jadikan acuan. Keempat pelajari soal-soal prediksi UN tahun 2011 yang disusun berdasarkan kisi-kisi soal ujian nasional.  Nah untuk yang terakhir teman-teman bisa download disini. silahkan pilih sesuai dengan jenjang pendidikan dan jurusan masing.masing. Mohon maaf untuk teman-temanku yang butuh soal try out SMK sabar ya... lagi tak cariin. dokumen soal nanti dalam bentuk winzip, jadi harus diekstrak terlebih dulu.

SMP

Soal Try OUT UN SMP (Bhs Ina, Bhs Inggris,Matematika,IPA)

SMA

Soal Try Out UN SMA Program IPA

Soal Try Out UN SMA Program IPS

Soal Try Out UN SMA Program bahasa

Kamis, 20 Januari 2011

POS dan JUKNIS UN Tahun 2011

POS dan JUKNIS UN Tahun 2011
POS UN dan JUKNIS UN Tahun 2011 Silahkan Di DOWNLOAD

Petunjuk Operasional Ujian Nasional tahun 2011 sudah diterbitkan Kemendiknas. Itu pertanda genderang Perang mulai ditabuh,para siswa, guru dan orang tua ayo semua berjibaku sukseskan UN tahun 2011. Mudah-mudahan UN tahun ini penyelenggaraanya lebih baik dari tahun kemarin. Maksudnya baik, ya makin jujur, kelulusannya meningkat, terus aturan-aturan yang dibuat ya jangan dilanggar.

Khusus untuk para pejabat-pejabat didaerah, tolong donk... Ujian nasional tahun 2011 ini jangan dipolitisasi kayak PSSI. Kita-kita rakyat jelata ini udah muak ngelihat tingkah polah para politisi dan pejabat yang selalu mempolitisir isu dan moment-moment, bahkan rakyat yang masih sengsara terkena bencana-pun tidak luput dari politisasi. Terus anggaran untuk sekolah kalau memang ada ya segera dikasihin pak, jangan sampai ujian udah selesai setengah tahun anggaran baru diterima sekolah.Kan kasihan penyelenggara UN di tingkat disekolah.Oke dech bagi bapak-bapak Ibu guru, kepala sekolah dan para ibunda yang anaknya akan mengikuti ujian nasional 2011, siapa tau ada yang belum memiliki Petunjuk Operasional Standar Ujian nasional tahun 2011 saya dengan senang hati menyedikan informasi tersebut untuk sampean semuanya. Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat. Saya doakan anak-anak kita semua sukses mengikuti Ujian Nasional. Silahkan download informasi yang dibutuhkan di bawah ini.

Permendiknas nomor 46 tahun 2010 tentang ujian nasional tahun 2011
DOWNLOAD DISINI


Prosedur Operasional Standar (POS) UN tahun 2011
DOWNLOAD DISINI

  Kisi-kisi soal ujian nasional tahun 2011
DOWNLOAD DISINI

Permendiknas no 45 th 2010 tentangKriteria Kelulusan ujian nasional tahun 2011
DOWNLOAD DISINI

Selasa, 18 Januari 2011

Download Juknis KTSP

Juknis KTSP adalah pedoman yang diterbitkan kementrian Depdiknas sebagai panduan tiap satuan pendidikan (sekolah) dalam mendesain Kurikulum. Jadi sekolah diberi kewenangan sangat luas untuk melakukan perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan kurikulum. Boleh dibilang pemberlakuan KTSP adalah upaya desentralisasi pendidikan dengan tujuan pemberdayaan dan pengembangan potensi lokal. Maksudnya gimana ya bro...koq muter-muter.... Begini, dengan KTSP tiap satuan pendidikan atau sekolah diberi keleluasaan memasukkan unsur life skill dalam kurikulum sekolah. Perwujudannya melalui program pengembangan diri dan pendidikan muatan lokal. Melalui kegiatan pengembangan diri sekolah memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan minat, bakat, dan potensinya. Demikian pula dengan mata pelajaran muatan lokal, sekolah satu dengan lainnya bisa berbeda-beda jenis mulok-nya.
Pemberlakuan KTSP pada dasarnya upaya mengikuti kebutuhan pendidikan, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi. Paradigma pendidikan selalu mengalami pergeseran tentunya kan? Ukuran keberhasilan sekolah kan hakekatnya bukan nilai diatas raport atau ujian saja, namun lebih luas yaitu terbentuknya sikap, keterampilan, pengetahuan dan kemampuan peserta didik untuk mandiri ketika dewasa.

Lalu bagaimana cara mendesain dan menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan? waduuuuh untuk pertanyaan yang satu ini jawabannya tentu gak bakal cukup lewat postingan bro... soalnya saya liat guru-guru di republik ini aja masih banyak yang belum mudeng padahal pemerintah sudah menggelontorkan dana untuk pelatihan KTSP udah ratusan milyar (maaf ya pak guru dan bu guru....). Naaah lebih jelasnya sampean-sampean yang membutuhkan download aja juknisnya, saya kasih semuanya tinggal pilih. semua juga boleh. berikut saya buat daftarnya juknis KTSP 2010:
Juknis analisis Standar isi      DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis Standar Kompetensi Lulusan      DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis Standar Proses       DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis Standar Penilaian        DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis Standar Pengelolaan         DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis Standar Sarana dan Prasarana     DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis kondisi satuan pendidikan        DOWNLOAD DISINI
Juknis analisis lingkungan eksternal      DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan KTSP       DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan muatan lokal         DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan diri layanan konseling     DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan diri ekstra kurikuler     DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan Silabus      DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan RPP      DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan Bahan Ajar       DOWNLOAD DISINI
Juknis rancangan remidi dan pengayaan      DOWNLOAD DISINI
Juknis pembelajaran TM, PT, dan KMTT       DOWNLOAD DISINI
Juknis Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa      DOWNLOAD DISINI

oke dech bosss, sampai disini dulu ya ntar kita sambung dalam postingan berikutnya, semoga bermanfaat.

Sabtu, 15 Januari 2011

Tips Menyusun Penelitian Tindakan Kelas

Tips Menyusun Penelitian Tindakan Kelas
Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, Penelitian tindakan kelas bukan barang asing lagi. Jenis penelitian ini sudah sangat familier di kalangan guru, pendidik, atau praktisi pendidikan. Namun sampai saat ini produktivitas guru dalam melakukan riset berbentuk penelitian tindakan boleh dibilang masih minim. Memang banyak yang sudah mengenal, tapi sebagian besar belum melakukannya. Ketika saya berdiskusi dengan banyak guru, hambatan terbesar antara lain; kurangnya ketajaman mengidentifikasi permasalahan belajar dan alternatif pemecahannya. Memang...untuk bisa mencari pemecahan masalah belajar, dibutuhkan sharing dengan sesama guru, menelaah referensi dan tentunya banyak baca buku. Naaah.. yang terakhir itu emang kendala terbesar sebagian guru di Indonesia...”membaca belum menjadi budaya”. Kendala berikutnya adalah kurangnya kemampuan menterjemahkan ide,pikiran, gagasan di kepala dalam bentuk bahasa tulis. Ini penting sebab namanya penelitian itu kan mulai perencanaan hingga pelaporan disajikan dalam bentuk tulisan. Lha kalau gak terbiasa menulis gimana mau meneliti bro...

Edisi posting kali ini saya mau nyoba memberi gambaran singkat mengenai prinsip penelitian tindakan kelas dan mudah-mudahan mudah dipahami bagaimana menyusun penelitian tindakan kelas. Sebelum kita mulai sebaiknya kita perlu merenungi pepatah yang disampaikan pendiri Ford Coorporation yaitu mbah Henry ford berikut: “Jika anda berfikir “tidak mampu” maka anda tidak akan pernah mampu  (Henry Ford)”  Oke  gak usah banyak basa-basi, kita mulai saja.

Menurut Kurt Lewin PTK merupakan suatu penelitian yang terdiri dari suatu rangkaian langkah (a spiral of step) yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan pengamatan, dan kegiatan refleksi.  Sebelum kita mulai melakukan riset, terlebih dulu kita harus memahami apa sih prinsip-prinsip dalam penelitian tindakan kelas. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas yaitu:
   Kegiatan nyata yang dilaksanakan dalam situasi rutin.  Artinya proses tindakan penelitian tidak dilaksanakan pada waktu tertentu misalnya saat libur semester, saat hari minggu dan seterusnya, tapi bersamaan dengan kegiatan belajar biasa. Proses belajar berjalan normal sehingga siswa tidak tahu gurunya sedang melakukan penelitian.
   Kegiatan penelitian diawali dari kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.  Logikanya jika pak guru atau bu guru membuat PTK karena mau naik pangkat atau mau ikut lomba, maka masalah yang diangkat jadi tidak original dan cenderung direkayasa. Njiiih mboten.....
   Berpijak pada analisis permasalahan pembelajaran di kelas.  Maksudnya masalah yang diteliti memang benar-benar dialami dan membutuhkan pemecahan.
   Upaya empiris dan sistematis. Empiris dapat diartikan nyata berdasarkan data-data akurat. Sistmatis maksunya mengikuti kaidah metodologi penelitian.
   Masalah yang diteliti Spesifik /khusus , misalnya anak gak mau bertanya, tidak kosentrasi, malas mengerjakan PR, sering tidur, nilai ulanagan harian pada KD tertentu rendah.  Masalah yang terlalu luas misalnya; prestasi belajar, hasil UAN, kenakalan remaja dan seterusnya.
   Hal yang diteliti harus Managable, artinya dapat dikelola dan dilaksanakan oleh si guru.  Kalau mau meningkatkan minat belajar, perlakuan tindakannya ya gak perlu mendatangi rumah siswa satu persatu, melacak keseharian siswa, melacak lamanya waktu belajar  dirumah. Kalau begini akhirnya susah sendiri dech...
   Realistic/operasional atau tidak diluar jangkauan. Contohnya jika mau meningkatkan motivasi belajar perlakuan tindakanya ya gak perlu dengan melengkapi semua sarana dan prasarana belajar siswa.  Ini kan diluar jangkauan pak guru dan bu guru.
   Time-bound/diikat oleh waktu.  Artinya lama penelitian dibatasi waktunya misalnya dalam 3 siklus. Tiap siklus dibuat dalam 2 kali pertemuan sehingga menjadi 6 kali pertemuan. Tidak dilakukan dalam satu semester, satu tahun apalagi tiga tahun...he...he...

Di awal tadi sudah dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas bersifat siklikal, yang terdiri dari empat rangkaian langkah yaitu: perencanan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Nah selanjutnya mari kita lihat tahapan-tahapan tersebut dalam bagan berikut.

Bagaimana Menemukan Permasalahan PTK ?
A.  Renungilah kegiatan pembelajaran yang anda laksanakan.  Carilah hal-hal yang anda anggap masalah.  Misalnya:
  1. Siswa banyak yang mengantuk
  2. Siswa tidak kosentrasi dalam belajar
  3. Siswa tidak berani bertanya
  4. Siswa tidak minat belajar
  5. Siswa tidak punya motivasi belajar
  6. Siswa tidak senang belajar
  7. Siswa sangat tegang ketika belajar
  8. Nilai siswa sangat rendah
  9. dllll
B. Mengidentifikasi masalah
  • Dalam mengidentifikasi masalah sebaiknya anda tuliskan semua masalah pembelajaran yang anda alami misalnya
  • Siswa tidak ada yang berani menjawab pertanyaan guru
  • Siswa tidak berani bertanya
  • 70% siswa membuat catatan pada buku yang berganti-ganti
  • Dalam belajar kelompok siswa banyak yang mengandalkan temannya
  • Siswa tidak berpartisipasi dalam kerja kelompok
  • Dan seterusnya
C.  Berfikirlah tentang apa yang mungkin dapat anda perbaiki
Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk memfokuskan perhatian anda.
  1. Bagaimana agar siswa tidak mengantuk?
  2. Apa yang harus saya lakukan agar siswa senang belajar IPS?
  3. Bagaimana agar siswa aktif bertanya?
  4. dlllll
E.   Pilihlah masalah yang layak untuk dipecahkan
  • Jika anda yakin bahwa banyak siswa terlambat karena rumahnya sangat jauh dari sekolah anda tidak perlu melakukan PTK.
  • Jika anda yakin bahwa penyebab siswa tidak mempelajari materi di rumah karena tidak punya buku, anda tidak perlu melakukan PTK karena dengan siswa dibelikan buku lewat dana BOS masalah tsb akan beres.
D.  Pilihlah masalah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
  • Contoh Masalah yang terlalu besar: Nilai UAS dari tahun ke tahun selalu rendah, Prestasi belajar siswa rendah.
  • Contoh masalah yang terlalu kecil : dua orang siswa selalu tidur saat belajar,  satu orang siswa  tak pernah membuat PR
  • dlllll
G.    Perumusan Masalah
  • Pilihlah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan, nilai strategisnya sangat penting , dan sudah ditemukan alternatif pemecahannya.
  • Perumusan masalah meliputi dua variabel yaitu variabel primer (variabel terikat) dan variabel skunder (variabel bebas)
  • Contoh perumusan masalah: (1) Apakah  aktifitas bertanya siswa kelas x SD X dapat meningkat melalui penerapan metode pembelajaran small group?  (2)Bagaimanakah peningkatan aktivitas bertanya melalui penerapan metode pembelajaran small group? Aktivitas bertanya disebut variabel primer, metode pembelajaran small group disebut variabel skunder.
Okeee  bos, untuk lebih jelasnya saya siapkan blangko untuk latihan mengidentifikasi masalah, menemukan masalah, menentukan judul dan perencanaan awal dalam penyusunan PTK. Untuk lebih sobat boleh download tanpa saya tarik bayaran sepeserpun alias gratisss. silahkan download    Disini

Untuk  contoh-contoh PTK bisa ente jumpai pada posting berikutnya. See you nex again...




 

Kamis, 13 Januari 2011

Pendekatan CTL (contextual Teaching and learning); What, why and how?

Hello my netter friends….. bpk dan ibu guru,pemerhati pendidikan,atau semua yang perduli dengan pendidikan .... edisi kali ini  kang Eko ngajak temen2 semua mbahas salah satu pendekatan belajar yang konon dianggap mujarab untuk mengentaskan permasalahan belajar anak-anak Indonesia yang Cuma textbook oriented.  Pendekatan belajar ini namanya CTL alias Catat Tinggal Lungo,  eee salah ….Contextual Teaching and Learning yang betul.  Tolong ya, setelah baca postingan ini kang eko minta masukan,komentar,atau sejenisnya di kolom komentar. Soalnya kang Eko  kemampuanya masih terbatas….heee.heee… Cuma ingin ngelempar bola panas bro…

Disadari atau tidak disadari, diamini atau mau dibantah, disetujui atau mau dinterupsi, ternyata pola mengajar guru-guru di Indonesia dari sabang sampai Merauke, dari Natuna hingga Pulau Rote memiliki kesamaan yaitu berpola Teacher centered alias berpusat pada guru. Kira-kira kayak gambar disamping ini… sory ya bu photonya saya upload...

Siswa duduk di deretan bangku yang lurus, rapi, menghadap ke depan, guru berpakaian seragam mirip pak Polisi. Lantas guru/fasilitator memberikan materi panjang lebar, bercerita, menerangkan. Otak siswa dijejali materi secara terus menerus sampai kriiing…bel berbunyi. Apa yang terjadi selanjutnya???? Ketika diberi kesempatan bertanya siswa malah bengong, diam, dan pura-pura sibuk… ini menandakan apa yang disampaikan guru masuk telinga kanan dan wusssssss….keluar lagi dari kuping kiri… fasilitator terkadang melupakan hal penting yaitu:
  1. si pembelajar mesti senang dengan apa  yang dipelajari
  2. si pembelajar mesti tau manfaat apa yang dipelajari
  3. si pembelajar mesti mempunyai target penguasaan materi
  4. tersedia sumber belajar yang memadahi
  5. gaya belajar pembelajar pasti berbeda-beda
  6. si pembelajar harus akrab, familier, senang, tidak canggung dengan yang mengajari.

Belajar yang terbaik mestinya sesuai konteks. Maksudnya gimana bos?.... Kalau orang belajar tendangan pisang ala David Beckam mestinya ya dilapangan, menendang bola secara berulang-ulang. Kalau orang belajar nyenting mesin motor mestinya ya berhadapan langsung dengan mesin motor, diutak-atik sampe keringetan, ampe lupa makan dan tentunya harus belepotan oli. Kalau pingin pinter komputer ya harus berhadapan dengan komputer, mencoba-mencoba, salah, dicoba lagi begitu seterusnya perkara eror, henk, file nya pada bubar… itu wajib. Namanya juga belajar.  Oke bos.. kita mulai serius nich….

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang mengkaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya. Pendekatan ini diilhami oleh filsafat pembelajaran yang diintroduksi oleh John Dewey.  Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Coba ente perhatiin gambar disamping.

Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa perlu menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru.Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan  pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),  masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1).   Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2).    Laksanakan sejauh mungkin kegiatan penemuan untuk semua topik
3).    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4).    Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5).    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6).    Lakukan refleksi di akhir pertemuan dan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru. Untuk itu guru dalam menggunakan pendekatan pengajaran konekstual memperhatikan hal-hal  sebagai berikut.

1).    merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental siswa (developmentally appropriate)
2).    membentuk group belajar yang saling ketergantungan (interdependent learning group)
3).    Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning) yang mempunyai karakteristik : kesadaran berfikir, penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan.
4).    Mempertimbangkan keragaman siswa (disversity of student)
5).    Memperhatikan multi-intelegensi siswa  (mltiple intelligences), spasial-verbal, linguistic-verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, badan-kinestetika, intrapersonal, dan logismatematis. (Gardner, 1993)
6).    Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berfikir tingkat tinggi.
7).    Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

Ciri-ciri kelas yang diajar menggunakan pendekatan kontekstual akan terlihat sebagai berikut: Adanya kerjasama, Saling menunjang, Menyenangkan, tidak membosankan, Belajar dengan bergairah, Pembelajaran terintegrasi, Menggunakan bebagai sumber, Siswa aktif, Sharing dengan teman, Siswa kritis, guru kreatif, Laporan kepada orang tua berujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan karangan siswa, dll.

Oke boss… lalu bagaimana membuat rencana pembelajaran menggunakan pendekatan CTL….? Sabar  bosss…. you have to wait for the next post…




 

Rabu, 12 Januari 2011

Mengenal lebih dekat Pendekatan Pembelajaran SAVI

Hello all friends netter ... greetings of peace to us all….biar blogg yang masih bayi ini agak komplit tiap labelnya, saya posting lagi nich…jika postingan terdahulu kita mbahas model pembelajaran kelompok,  maka  edisi kali ini kita akan coba mbahas pendekatan pembelajaran SAPI. Eeeeeee. SAVI maksudnya. Pendekatan pembelajaran ini mulai ngetrend sejak mas Dave Meier,Bobbi De Porter, and Mike Hernacki menerbitkan buku-buku keren seperti quantum Learning dan The accelerated Learning. Bagi ente-ente yang profesinya guru,pendidik,atau praktisi pendidikan lainnya buku-buku itu mestinya wajib menjadi pegangan. Apalagi bagi ente-ente yang udah punya sertifikat profesi.  Malu donk kalau sampe liat sampul bukunya aja belon.

Well let's discuss what Learning approach it SAVI….Pembelajaran SAVI itu akronim dari SOMATIS,AUDITORI,VISUAL,INTELEKTUAL.  Maksudnya cara-cara belajar yang mengoptimalkan aspek somatis (gerak), auditori (pendengaran), visual (penglihatan) dan intelektual (pikiran).  Keempat aspek tersebut digabung, dipadukan dan yang terpenting dioptimalkan ketika seseorang melakukan proses belajar. Lalu siapa yang mengoptimalkan? Tentu saja si pembelajar sendiri, atau fasilitator belajar misalnya guru, tutor, instruktur dan yang sejenisnya.

Pendekatan belajar ini didasari oleh fakta bahwa setiap orang memiliki gaya berfikir dan gaya belajar yang berbeda-beda.  Sebagian kita dapat belajar dengan baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya.  Biasanya orang-orang seperti ini menyukai penyajian informasi yang runtut.  Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan fasilitator dan tidak terganggu oleh kebisingan.  Pola belajar demikian disebut gaya belajar visual.  Disisi lain banyak pula pelajar yang mengandalkan kemampuan mendengar untuk mengingat dan tidak sedikit siswa yang memiliki cara belajar paling efektif dengan terlibat langsung dengan kegiatan.
Menurut Silberman (2006:28) hanya sedikit siswa yang memiliki satu jenis cara belajar.  Berdasarkan hasil penelitian dari setiap 30 siswa 22 diantaranya dapat belajar dengan sangat efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berupa kombinasi antara visual-auditorial-kinestetik.  Namun 8 siswa lainnya hanya menyukai satu bentuk cara pembelajaran sehingga mereka kesulitan memahami pelajaran jika metode penyampainnya tidak sesuai dengan gaya belajar mereka.  Guna memenuhi kebutuhan ini pembelajaran harus bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.
Sementara itu John Dewey menegaskan bahwa sekolah harus dijadikan tempat kerja.  Ia menganjurkan metode proyek dan  problem solving harus banyak diterapkan dalam sistem pembelajaran.  Ia mempopulerkan istilah  Learning By Doing.  Deporter (2005:117) menjelaskan bahwa belajar berdasarkan aktivitas secara umum jauh lebih efektif daripada didasarkan presentasi, materi dan media.  Alasannya adalah cara belajar berdasar aktivitas mengajak siswa terlibat sepenuhnya.  Telah terbukti di banyak penelitian bahwa orang belajar dengan lebih baik dari berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada mereka belajar dengan duduk didepan penceramah, buku panduan, televisi atau komputer.
Namun pembelajaran tidak akan meningkat secara otomatis dengan menyuruh siswa berdiri dan bergerak kesana kemari.  Pembelajaran yang baik adalah dengan menggabungkan gerakan fisik, dengan aktivitas berfikir (intelektual) dan penggunaan semua inder  (pendengaran) dan penglihatan (visual).  Pendekatan belajar demikian menurut Meier disebut pendekatan SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual).  Keempat unsur tersebut harus berjalan sinergis, terpadu dan simultan.
Dave Maier memberikan penjelasan mengenai pendekatan pembelajaran SAVI sebagai berikut:
a)      Belajar somatis.  Somatis berasal dari Bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh.  Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh ketika belajar.  Penelitian neurologis telah membongkar keyakinan kebudayaan barat yang keliru bahwa pikiran dan tubuh adalah entitas yang terpisah.  Temuan penelitian menyimpulkan bahwa pikiran tersebar di seluruh tubuh.  Intinya tubuh adalah pikiran dan pikiran adalah tubuh.  Keduanya merupakan sistem kimiawi-biologis yang terpadu.  Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar maka kita menghalangi fungsi pikiran mereka sepenuhnya.  Untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh guru perlu menciptakan suasana belajar yang dapat membuat orang bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.  Tidak semua pembelajaran memerlukan aktivitas fisik, tetapi dengan berganti-ganti menjalankan aktivitas belajar aktif dan pasif secara fisik kita dapat membantu pembelajaran siswa dengan baik.
b)      Belajar Auditori.  Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.  Telinga kita menangkap dan menyimpan informasi auditori bahkan tanpa kita sadari.  Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari.  Minta mereka menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara.  Mintalah mereka membaca keras-keras, ajaklah mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keteramipilan, membuat tinjauan pengalaman belajar atau memperhatikan penjelasan dari sumber-sumber belajar.
c)      Belajar visual. Pembelajar visual akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan seorang penceramah, buku atau program komputer.  Pembelajar visual belajar dengan baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar.  Bahkan mereka dapat belajar secara optimal dengan menciptakan peta gagasan, diagram, ikon, dan beberapa image dari yang mereka pelajari.  Pembelajar dewasa juga lebih mudah belajar jika menciptakan piktogram, ikon, atau pajangan tiga dimensi dan bentuk visual lain dari materi yang dipelajari.  Teknik lain yang bisa dilakukan untuk semua orang dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan situasi itu, menggambarkan proses, prinsip atau makna yang dicontohkannya.
d)      Belajar intelektual.  Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai-nilai dari hubungan tersebut.  Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan membangun makna.  Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar.  Intelektual menghubungan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. 

Well..... jika anda seorang fasilitator, guru , atau instruktur mungkin bertanya-tanya bagaimana sich membuat lesson plan-nya?  Oke dech untuk pertanyaan ini sabar yaa. Dalam beberapa hari lagi pasti akan ente temui di sini, tentu saja dalam posting berikutnya…

Okay .... I hope this simple posting useful and be sure you will be back open this blogg. Thanks…

Selasa, 11 Januari 2011

Metode Pembelajaran Kelompok (Satu alternatif merangsang siswa aktif belajar)

Teman-teman, sedulur-sedulur netter yang kucinta…walaupun ketinggalan jaman membicarakan metode pembelajaran kelompok, namun edisi postingan kali ini saya tertarik mengupas kembali seluk beluk metode pembelajaran kelompok. Yach….walaupun tidak tuntas juga karena yang mbahas  juga masih awam…Tapi siapa tahu diantara ente-ente ada yang lg nyusun skripsi,tugas makalah,atau penelitian tindakan kelas tentang  metode pembelajaran kelompok.  Naah…postingan ini bisa ditempel di bab II. Kan postingan ini jadi bermangfangat, Iya nggaak? …
Para guru dan praktisi pendidikan tentu tidak asing lagi dengan metode pembelajaran kelompok, sebab metode ini sudah dikenal sejak jaman bahula… namun anehnya dari survey kecil-kecilan yang saya lakukan,  dari 50 guru yang saya tanya ternyata tidak ada satupun yang memahami secara tuntas  mengenai metode pembelajaran kelompok.  Menurut mereka, jika sudah memberikan tugas yang dikerjakan secara besama-sama itu sudah disebut pembelajaran kelompok. Hebatnya lagi 50 orang yang saya tanya semuanya memegang SERTIFIKAT GURU PROFESIONAL. Haa.haa…haa....tepuk tangaaaaan… Baiklah kita mulai serius nich..yuk kita bahas apa itu metode pembelajaran kelompok.
Metode Pembelajaran Kelompok atau dikenal Cooperative learning  merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.  Falsafah yang mendasari model pembelajaran kelompok adalah falsafah homo homini socius yang menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial.  Kerjasama menjadi kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup.  Tanpa kerjasama tidak ada individu, keluarga, masayarakat atau sekolah (Lie, 2002:27).  Dengan demikian model pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa “suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Sagala, 2005:216).
Permasalahan yang sering muncul dalam metode pembelajaran kelompok antara lain” kekhawatiran bahwa kelas menjadi ribut dan gaduh.  Siswa yang merasa tekun harus bekerja sendiri melebihi siswa lain dalam kelompok mereka dan timbul anggapan bahwa temannya yang kurang mampu hanya nunut dari jerih payah mereka.  Selain itu, siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai.  Kesan negative lain adalah timbulnya perasaan was-was dari anggota kelompok akan hilangnya karakteristik dan keunikan pribadi mereka harus beradaptasi dengan kelompoknya. Permasalahan lain dalam pembelajaran kelompok adalah” (1) siswa sulit melakukan job description; (2) anggota kelompok banyak yang tidak melakukan tugasnya; (3) situasi belajar tidak terkendali dan menyimpang dari rencana.

Teman,teman neter….Pembelajaran kelompok yang dilakukan tanpa perencanaan justru menimbulkan berbagai permasalahan, karena model pembelajaran ini mempunyai perbedaan mendasar dengan sekedar belajar kelompok biasa.  Roger dan David Johnson menjelaskan bahwa “untuk mencapai hasil maksimal pembelajaran kelompok harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) adanya saling ketergantungan positif; (2) adanya tanggungjawab perseorangan; (3) adanya komunikasi intensif antar anggota; (4) adanya tatap muka baik di dalam ataupun diluar kelas; (5) adanya proses evaluasi kelompok.
Nah... untuk memaksimalkan kegiatan belajar kelompok berikut ini saya sajikan tips-tips penerapan metode pembelajaran kelompok di kelas yaitu:
1.      Guru harus memberi penjelasan dan pemahaman siswanya tentang tujuan utama belajar berkelompok yaitu belajar memahami orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar berempati, belajar menolong orang lain. Guru harus menghubungan semua aktivitas manusia yang selalu berhubungan dengan orang lain. Sebelum belajar kelompok dimulai pastikan dulu siswa memahami tujuan ini.
2.      Pembentukan kelompok harus memperhatikan kedekatan, keharmonisan dan keakraban siswa. Ini penting sebab, jika empat dua orang yang sedang bermusuhan digabung dalam satu kelompok maka akan mengganggu kekompakan tim.
3.      Setiap kelompok harus melakukan pembagian kerja sehingga semuanya bekerja, berusaha, berjuang untuk menyelesaikan tugas
4.      Untuk meningkatkan kekompakan tim perlu diciptakan identitas tim misalnya yel-yel, nama kelompok, simbol-simbol kelompok. Identitas ini berguna untuk merangsang semangat siswa.
5.      Tugas kelompok hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat melakukan pembagian kerja
Kelompok sebaiknya dibentuk secara permanent misalnya dalam satu semester. Sebab jika setiap pertemuan kelompoknya berbeda-beda, secara emosional mereka harus saling beradaptasi kembali dengna sesame anggota kelompok.

Media pembelajaran flash player cara efektif dalam pembelajaran contextual

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai semua sarana yang digunakan dalam kegiatan belajar untuk mendukung tercapainya tujuan belajar secara optimal.  Media belajar banyak variasi jenis dan bentuknya.  Salah satunya media gambar bergerak dalam bentuk flash player. flash player memiliki kelebihan antara lain (1) menyajikan informasi secara lebih jelas (2) dapat menghadirkan situasi didunia nyata di dalam kelas (bersifat contextual); (3) memudahkan guru dalam menarik perhatian dan motivasi siswa.

Sahabat netter...., pada postingan perdana ini saya akan coba menyajikan salah satu media flash player dengan tema pemanasan global (global warming). Bagi anda para guru,praktisi pendidikan orang tua, atau siapa saja yang membutuhkan dapat mendownloadnya secara gratis..tis..tiss.  Media pembelajaran ini sangat baik digunakan untuk mata pelajaran IPS, Ataupun IPA terutama untuk pembahasan lingkungan hidup. Media ini cocok digunakan mulai dari siswa SMP hingga SMA. Teknik penyajiannya sangat bervariasi. Bisa memakai output LCD proyektor, maupun Televisi dengan perangkat tambahan DVD player. kelebihan media ini dapat menghadirkan situasi dunia nyata yang ditampilkan di dalam kelas sehingga pembelajaran lebih bermakna dan contextual.  Mudah-mudahan postingan ini dapat membantu dan bermanfaat.

DOWNLOAD MEDIA FLASH PLAYER GLOBAL WARMING

Tukar Link

Bagi sahabat netter yang ingin tukeran lingk silahkan konfirmasi di kotak komentar di bawah ini kemudian copas kode script di bawah ini di blogg sobat, dan pasti link sobat akan terpasang di blog ini.


Tips & Tutorial




BLOG SAHABAT

hariez gibbs


My Laboratorium

Minggu, 02 Januari 2011

Download Contoh Pemetaan KD, Silabus dan RPP

Pemetaan kompetensi dasar menjadi bagian penting dalam perencanaan pembelajaran. Sebelum seorang guru terjun di ruang kelas ia harus mempunyai persiapan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, bahan ajar, media belajar dan instrumen evaluasi. Nahh... RPP itu dibuat berdasakan silabus dan silabus dibuat berdasarkan pemetaan KD. Berikut ini contoh-contoh pemetaan KD, Silabus dan RPP, teman-teman boleh mendownloadnya sesuai dengan mata pelajaran yang diinginkan. Semoga bahan dan contoh yang ada dapat bermanfaat. Jika belum terdapat link download berarti file belum tersedia. Saya akan terus berupaya mencarikan dan melengkapi file-file yang dibutuhkan temen-temen semua.
 
Jenis Dokumen
Jenjang Satuan Pendidikan
Kelas
Mata Pelajaran
Pemetaan KD dan Silabus
Sekolah Dasar/MI
1-3
Tematik
DOWNLOAD DISINI
4
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
5
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
6
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
SMP
7
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
8
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
9
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
  
Jenis Dokumen
Jenjang Satuan Pendidikan
Kelas
Mata Pelajaran
Contoh RPP
Sekolah Dasar/MI
1-3
Tematik
DOWNLOAD DISINI
4
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
5
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
6
PAI,PKN,BIN,MTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
SMP
7
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
8
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI
9
PAI,PKN,BIN,BINGMTK,IPA,IPS
DOWNLOAD DISINI